[XAU/USD] Kenaikan Suku Bunga Jangka Panjang AS dan Penurunan Harga Saham

Akhir pekan lalu di pasar New York, harga emas turun ke 2612 karena kenaikan suku bunga jangka panjang AS.
Pada saat yang sama, tiga indeks utama di pasar saham New York mengalami penurunan tajam, menunjukkan suasana “risk-off” yang membantu mendukung harga emas.

Saat banyak orang melanjutkan libur Natal hingga akhir tahun, pasar tetap berhati-hati. Namun, masalah seperti utang AS dan kemungkinan penurunan peringkat kredit AS dapat meningkatkan permintaan emas sebagai aset aman.

Earlier this year, in February, while the U.S. and Japanese stock markets hit record highs, gold started its real upward trend from around $2000.
Gold was boosted by growing geopolitical risks, the Federal Reserve’s (FRB) decision to start lowering interest rates, and China’s decision to resume buying gold as part of its foreign currency reserves.

Tahun ini, emas diperkirakan akan tetap kuat, didukung oleh risiko geopolitik yang terus berlanjut, pembelian emas oleh bank sentral, dan pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve.
Di sisi lain, risiko potensial adalah bahwa pemerintahan Trump yang baru dapat memicu inflasi, menyebabkan suku bunga naik lagi, yang mungkin membatasi pergerakan naik emas.
Namun, dengan meningkatnya pengaruh BRICS dan menurunnya permintaan untuk transaksi berbasis dolar, ada kekhawatiran tentang melemahnya kepercayaan pada dolar. Hal ini dapat membantu harga emas tetap kuat pada tahun 2025.